Karena banyak sekali yang bertanya apa yang harus dilakukan agar kita dapat studi di jerman setelah kita mengikuti programm Au-Pair, maka saya disini akan menceritakan bagaimana pengalaman saya waktu itu.
Kontrak kerja Au-Pair saya berakhir pada tanggal 6 Mai 2008. Pada waktu itu orang tua asuh saya cukup puas dengan kinerja saya sebagai Au-Pair. Dia waktu itu bertanya "Syarif, seandainya mungkin, apakah kamu mau bekerja dengan saya lagi selama beberapa bulan hingga saya menemukan Au-Pair baru yang cocok?" saya dengan senang hati menjawab "ya, seandainya mungkin, kenapa tidak, toh saya betah disini"
Tips 1. : Jadilah Au-Pair yang baik, anggaplah keluarga asuhmu sebagai keluargamu sendiri. seandainya kamu suka anak kecil, anggaplah anak-anak asuh mu sebagai adikmu sendiri. ketika kamu menyayangi anak asuh kamu, maka orang-tua asuh juga akan sayang sama kamu. Dan apabila orang tua asuh sayang sama kamu, dia akan membantu kamu!
Waktu saya masih menjadi Au-Pair saya memiliki banyak teman sesama Au-Pair. kebanyakan dari mereka berasal dari Rusia, spanyol dan Italia. Teman-teman ini saya kenal ketika saya mengunjungi sekolah bahasa Jerman di Stuttgart. Saya waktu itu tinggal di Backnang, sebuah kota kecil setengah jam dari Stuttgart. sebenarnya banyak sekolah-sekolah bahasa di dekat Backnang. akan tetapi saya memutuskan untuk mengunjungi sekolah bahasa di Stuttgart. Banyak sekali Au-Pair yang datang ke Stuttgart untuk belajar bahasa. Setiap Au-Pair memiliki pengalaman-pengalaman yang berbeda dan beberapa diantara mereka memiliki banyak trick-trick yang sangat berguna. Dari sinilah saya mendapatkan informasi bahwa banyak Au-Pair di Jerman yang mengunjungi sekolah bahasa untuk mendapatkan Visa tinggal tambahan. sebagai "Sprachschüler" kita bisa mengajukan tambahan ijin tinggal di Jerman selama max. 2 Tahun.
Syaratnya:
Dari teman-teman Au-Pair di Stuttgart saya mendapatkan informasi tentang sekolah bahasa yang sanggup menandatangani surat kursus intensiv, tanpa kita harus mengikuti kursus intensiv. Sehingga kita memiliki waktu untuk bekerja sebagai Aupair, maupun kerja sampingan lainnya.
Tips 2. : Ketika kalian menjadi Au-Pair, carilah teman sebanyak-banyaknya! sebaiknya bergaullah dengan orang asing. Bukan berarti saya tidak suka orang Indonesia, tetapi Au-Pair dari negara tetangga Jerman biasanya memiliki Trick-trick yang jitu untuk dapat tinggal lebih lama di Jerman. Selain itu semaikn banyak teman, semakin mengasikan kerja sebagai Au-Pair di Jerman.
Selama saya kursus bahasa, saya tahu bahwa target saya selanjutnya adalah studi di Jerman. Saya mulai menabung, bekerja dan belajar bahasa Jerman lebih giat lagi. Seitap harinya sekitar jam 6 pagi saya adalah orang pertama yang mengambil koran dari kotak surat. sebelum orang rumah yang lain bangun, saya membaca koran dan berusaha memahami setiap kata yang ada di koran tersebut. seandainya ada kata-kata yang saya tidak saya mengerti, saya catat dan saya tanyakan kepada ibu asuh saya.
dalam waktu singkat kemampuan bahasa Jerman saya meningkat. Pada waktu itu saya bahkan sudah bisa saling "curhat" dengan orang tua asuh saya. Mereka bahkan percaya dan mau menceritakan masalah-masalah pribadi mereka kesaya. pada akhirnya kita benar-benar seperti keluarga. Singkat kata, orang-tua asuh saya selalu membantu saya dalam usaha saya untuk berkuliah di Jerman.
Setelah mendaftar Studienkolleg di banyak tempat, akhirnya saya mendapat "Zulassung zur Aufnahmeprüfung" dari Freie Universität Berlin. Dengan surat ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tes masuk Studienkolleg die universitas tersebut.
Bulan Juni 2008 saya berangkat ke Berlin untuk mengikuti ujian tes masuk Studienkolleg. Total pendaftar untuk kelas G-Kurs (Ilmu sosial) sekitar 150 orang. 45 Diantaranya diterima, termasuk saya. Waduh gembira sekali waktu itu saya! .
Seperti yang teman-teman ketahui, masih ada satu kendala saya sebelum saya bisa menjadi Student: Uang jaminan sebesar 8000 Euro untuk aplikasi visa.
Tidak seberuntung beberapa teman yang lain yang dijamin penuh oleh keluarga asuhnya, Keluarga asuh saya tidak bersedia untuk menjamin saya. Akan tetapi mereka waktu itu bersedia membantu saya "meminjamkan" uang sebesar 2500 Euro.
Syukur alhamdulilah, saya memiliki teman-teman sesama Au-Pair yang membantu saya. Ada yang meminjamkan uang sebesar 50 Euro, 200 Euro dan bahkan 800 Euro. Jujur belum semuanya berhasil saya kembalikan.
Tips 3. : Pada waktu itu uang jaminan sebesar 8000 Euro hanya perlu di tunjukan sekali saja. Setelah saya mendapat kan Visa, saya kembalikan lagi uang tersebut kepada para peminjam. (Jujur saya tidak tahu apakah peraturan ini masih berlaku)
Singkat kata saya berhasil mengumpulkan 8000 Euro dalam waktu tiga bulan dan saya pun mendapatkan Visa untuk persiapan Studi yang berlaku selama setahun.
Di Berlin saya membiayai hidup saya dengan bekerja. Hampir semua pekerjaan sudah saya coba, mulai dari pencuci piring, memasak, menjadi baby sitter, pegawai percetakan dll.
Bersambung...
Tweet
Kontrak kerja Au-Pair saya berakhir pada tanggal 6 Mai 2008. Pada waktu itu orang tua asuh saya cukup puas dengan kinerja saya sebagai Au-Pair. Dia waktu itu bertanya "Syarif, seandainya mungkin, apakah kamu mau bekerja dengan saya lagi selama beberapa bulan hingga saya menemukan Au-Pair baru yang cocok?" saya dengan senang hati menjawab "ya, seandainya mungkin, kenapa tidak, toh saya betah disini"
Tips 1. : Jadilah Au-Pair yang baik, anggaplah keluarga asuhmu sebagai keluargamu sendiri. seandainya kamu suka anak kecil, anggaplah anak-anak asuh mu sebagai adikmu sendiri. ketika kamu menyayangi anak asuh kamu, maka orang-tua asuh juga akan sayang sama kamu. Dan apabila orang tua asuh sayang sama kamu, dia akan membantu kamu!
Waktu saya masih menjadi Au-Pair saya memiliki banyak teman sesama Au-Pair. kebanyakan dari mereka berasal dari Rusia, spanyol dan Italia. Teman-teman ini saya kenal ketika saya mengunjungi sekolah bahasa Jerman di Stuttgart. Saya waktu itu tinggal di Backnang, sebuah kota kecil setengah jam dari Stuttgart. sebenarnya banyak sekolah-sekolah bahasa di dekat Backnang. akan tetapi saya memutuskan untuk mengunjungi sekolah bahasa di Stuttgart. Banyak sekali Au-Pair yang datang ke Stuttgart untuk belajar bahasa. Setiap Au-Pair memiliki pengalaman-pengalaman yang berbeda dan beberapa diantara mereka memiliki banyak trick-trick yang sangat berguna. Dari sinilah saya mendapatkan informasi bahwa banyak Au-Pair di Jerman yang mengunjungi sekolah bahasa untuk mendapatkan Visa tinggal tambahan. sebagai "Sprachschüler" kita bisa mengajukan tambahan ijin tinggal di Jerman selama max. 2 Tahun.
Syaratnya:
- Kursus bahasa Intensiv dan Fulltime. 3-4 Kali seminggu dengan total 15 Jam kursus perminggu (untuk ketentuan terbaru kalian bisa tanya ke tempat kursus bahasa Jerman setempat)
- Verplichtungserklärung dari orang-tua asuh, bahwa mereka menjamin biaya hidup kita disana.
Dari teman-teman Au-Pair di Stuttgart saya mendapatkan informasi tentang sekolah bahasa yang sanggup menandatangani surat kursus intensiv, tanpa kita harus mengikuti kursus intensiv. Sehingga kita memiliki waktu untuk bekerja sebagai Aupair, maupun kerja sampingan lainnya.
Tips 2. : Ketika kalian menjadi Au-Pair, carilah teman sebanyak-banyaknya! sebaiknya bergaullah dengan orang asing. Bukan berarti saya tidak suka orang Indonesia, tetapi Au-Pair dari negara tetangga Jerman biasanya memiliki Trick-trick yang jitu untuk dapat tinggal lebih lama di Jerman. Selain itu semaikn banyak teman, semakin mengasikan kerja sebagai Au-Pair di Jerman.
Selama saya kursus bahasa, saya tahu bahwa target saya selanjutnya adalah studi di Jerman. Saya mulai menabung, bekerja dan belajar bahasa Jerman lebih giat lagi. Seitap harinya sekitar jam 6 pagi saya adalah orang pertama yang mengambil koran dari kotak surat. sebelum orang rumah yang lain bangun, saya membaca koran dan berusaha memahami setiap kata yang ada di koran tersebut. seandainya ada kata-kata yang saya tidak saya mengerti, saya catat dan saya tanyakan kepada ibu asuh saya.
dalam waktu singkat kemampuan bahasa Jerman saya meningkat. Pada waktu itu saya bahkan sudah bisa saling "curhat" dengan orang tua asuh saya. Mereka bahkan percaya dan mau menceritakan masalah-masalah pribadi mereka kesaya. pada akhirnya kita benar-benar seperti keluarga. Singkat kata, orang-tua asuh saya selalu membantu saya dalam usaha saya untuk berkuliah di Jerman.
Setelah mendaftar Studienkolleg di banyak tempat, akhirnya saya mendapat "Zulassung zur Aufnahmeprüfung" dari Freie Universität Berlin. Dengan surat ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tes masuk Studienkolleg die universitas tersebut.
Bulan Juni 2008 saya berangkat ke Berlin untuk mengikuti ujian tes masuk Studienkolleg. Total pendaftar untuk kelas G-Kurs (Ilmu sosial) sekitar 150 orang. 45 Diantaranya diterima, termasuk saya. Waduh gembira sekali waktu itu saya! .
Seperti yang teman-teman ketahui, masih ada satu kendala saya sebelum saya bisa menjadi Student: Uang jaminan sebesar 8000 Euro untuk aplikasi visa.
Tidak seberuntung beberapa teman yang lain yang dijamin penuh oleh keluarga asuhnya, Keluarga asuh saya tidak bersedia untuk menjamin saya. Akan tetapi mereka waktu itu bersedia membantu saya "meminjamkan" uang sebesar 2500 Euro.
Syukur alhamdulilah, saya memiliki teman-teman sesama Au-Pair yang membantu saya. Ada yang meminjamkan uang sebesar 50 Euro, 200 Euro dan bahkan 800 Euro. Jujur belum semuanya berhasil saya kembalikan.
Tips 3. : Pada waktu itu uang jaminan sebesar 8000 Euro hanya perlu di tunjukan sekali saja. Setelah saya mendapat kan Visa, saya kembalikan lagi uang tersebut kepada para peminjam. (Jujur saya tidak tahu apakah peraturan ini masih berlaku)
Singkat kata saya berhasil mengumpulkan 8000 Euro dalam waktu tiga bulan dan saya pun mendapatkan Visa untuk persiapan Studi yang berlaku selama setahun.
Di Berlin saya membiayai hidup saya dengan bekerja. Hampir semua pekerjaan sudah saya coba, mulai dari pencuci piring, memasak, menjadi baby sitter, pegawai percetakan dll.
Bersambung...